Apa itu cinta? (1)

 

Seorang anak lelaki diam tanpa suara di balik pilar sekolah, mengintip seorang anak perempuan sedang mencuri kue dari kotak makannya. Sudah sering sebenarnya dia memergoki anak perempuan itu mencuri kuenya, tapi dia tidak ingin melaporkannya pada Bu Guru. Dia tetap saja meletakkan kotak makannya di tempat yang sama, lalu bersembunyi menunggu anak perempuan itu datang untuk mencuri kuenya.

Suatu hari ketika sedang mengintip, anak perempuan itu memergokinya. “Keluarlah! Kamu tahu aku selalu mencuri kuemu kan? Sana pergi, lapor Bu Guru.”

Malu-malu anak lelaki itu keluar dari balik pilar. Dia menggeleng pada anak perempuan itu.

Anak perempuan itu mengernyit. “Kenapa?

“Mungkin…” anak lelaki itu meremas-remas tanggannya karena gugup. “Mungkin karena aku… cinta sama kamu.”

“Cinta? Apa itu cinta?” sergah anak perempuan itu.

“Apa ya?” anak lelaki itu menggaruk-garuk kepalanya. “Mmh, cinta itu… ketika aku tahu kamu mencuri kueku, tapi aku masih saja meletakkan kotak makanku di tempat yang sama. Itulah cinta,” anak lelaki itu meringis, menyadari bahwa jawabannya begitu bodoh. Namun, ternyata jawaban itu bisa membuahkan seberkas senyum di wajah anak perempuan itu.

“Akhirnya untuk pertama kali,” batin si anak lelaki sumringah. “Aku berhasil melihat senyumnya!”

Do you love me enough that I may be weak with you? Everyone loves strength, but do you love me for my weakness? That is the real test. Do you love me stripped of everything that might be lost, for only the things I will have for ever?
—Alain de Botton, Essays in Love

3 comments

  1. Yosafat Cahyo Probotinanto · Februari 16, 2015

    huahahahahahaha

    Suka

  2. Ping-balik: Apa Itu Cinta? (2) | jojomarkojo

Tinggalkan komentar